Tentang Sawah Pasar Seni ITB 2010, Cerita di Baliknya, dan Gadis-Gadis Petani Manis Ber-Make Up Tipis
Saya dapet catatan ini dari Tumblr, disini :)
A very great idea, dan saya daritadi ngakak-ngakak sendiri baca ini >.<
A very great idea, dan saya daritadi ngakak-ngakak sendiri baca ini >.<
Saat kita masih bocah ingusan Sekolah Dasar dahulu, buku-buku pelajaran yang membosankan seringkali menyebut Negara Indonesia sebagai Negara Agraris, negara yang identik dengan bentangan sawah hijau luas nan permai, petani-petani pekerja keras yang penuh semangat walau berpeluh keringat dan bocah-bocah sehat yang berlarian di pematang sawah bersama kerbaunya
Entah statement itu benar atau tidak yang pasti Indonesia dan sawah memang saling tak terpisahkan, sekalipun mungkin sekarang jumlah sawah yang ada tidak jauh lebih banyak dari jumlah warnet yang terdapat dipinggir jalan, sawah tetap menjadi bagian yang amat penting dari kebudayaan kita. Hal ini tentu saja terjadi karena nasi merupakan makanan pokok bagi sebagian besar dari kita, mayoritas penduduk Indonesia menyantap nasi untuk makan pagi, makan siang dan makan malam. Beberapa pria kelebihan berat badan bahkan menyantapnya juga di waktu petang. Begitu krusialnya nasi di peradaban kita sampai ada istilah “membanting tulang demi sesuap nasi”. Demi sesuap nasi, bukan demi sepotong pizza, bukan demi sesendok sup zuppa atau demi semangkuk ayam cola. Nasi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita
Begitu eratnya nasi dengan kebudayaan Indonesia ini akhirnya memunculkan pemikiran di kepala Panitia Pasar Seni ITB 2010 untuk menciptakan sebuah event bertajuk “Menanam Padi dan Membuat Sawah di Kampus ITB”. Jangan dulu berimanjinasi berlebihan dengan membayangkan kita semua meruntuhkan Gedung CC bersama-sama untuk kemudian menanam padi diatasnya, jangan dulu berfantasi terlalu liar dengan membayangkan kawanan kerbau kekar pembajak sawah yang mandi di Plawid bersama gadis-gadis gembala manis ber-make up tipis yang pandai bermain suling dan gemar tertawa. Tidak ada gedung yang akan kita runtuhkan untuk kita jadikan sawah, tidak akan ada juga kerbau beringas yang berkeliaran disekitar kampus dan berak sembarangan di waktu jam pelajaran, namun biar begitu konsep tentang gadis gembala akan tetap diperjuangkan
Kembali ke sawah, sawah ini nantinya akan kita bangun di lapangan miring yang terletak di depan Gedung SR dan tentu saja sesuai uraian sebelumnya, sawah tersebut memang akan kita buat sendiri. Tidak perlu cemas soal lumpur, berak sapi atau ular sawah. Sawah yang akan kita buat nanti berbeda dengan sawah-sawah yang biasa kalian lihat di televisi. Sawah-sawah yang akan dibuat nanti akan berbentuk pot-pot kantung plastik, setiap pot tersebut akan menampung beberapa benih dan bila kalian begitu penasaran dengan bentuknya, datang saja nanti untuk ikut serta. Kesempatan ini mungkin akan menjadikan kita semua petani-petani pertama dalam sejarah yang bercocok tanam sambil mengenakan kaus Black Sabbath dan celana jeans. Petani-petani pertama dalam sejarah yang menanam padi sambil tetap mengupdate status Facebook dari seluler
Tentu saja event ini bukan sekedar soal menanam padi di halaman sekolah, menyiraminya setiap hari sambil cemas menanti saat panen, bukan juga sekedar momentum menjadi agraris sambil tetap mengenakan jeans. Ide awal kegiatan ini muncul dari sebuah pola pikir lugu kebanyakan orang Indonesia “gausah banyak mikir, yang penting hari ini bisa makan”, pola pikir massal tersebut akhirnya memunculkan sebuah gagasan, “Baiklah ayo kita tanam padi bersama, kita panen bersama, kita makan bersama dan setelah kenyang ayo kita semua berpikir bersama!” Event ini diharapkan menjadi pemicu dari semangat untuk berpikir diantara kita semua. Event ini pun merupakan respon dari fenomena fast food yang begitu berkembang di tanah air, kita yang terbiasa hidup serba instan kali ini diberi kesempatan untuk merasakan proses “terjadinya” sebutir nasi yang selama ini mungkin kita anggap remeh
Selain itu, kegiatan menanam padi dikampus ini juga diharapkan menjadi momen berkumpulnya orang-orang dari beragam fakultas dan bidang keilmuan yang ada di ITB sambil bekerja sama mencoba mensinergikan keberagaman tersebut. Setiap orang membantu dengan ilmunya masing-masing. Mungkin anak-anak Mesin bisa datang membawa traktor canggih yang bisa membajak dan menyirami sawah sambil memutar videoklip terbaru dari Katy Perry secara 3D dengan kualitas HD? Mungkin anak Biologi bisa datang membawa pupuk organik ramah lingkungan yang bisa membuat beras tumbuh sebesar semangka? Mungkin anak- anak Kimia bisa datang membawa larutan yang membuat padi bisa panen lima kali sehari? Mungkin anak Seni Rupa bisa melukis gadis-gadis manis bermake up tipis yang senang bercocok tanam? Apapun itu yang akan kalian bawa akan kami sambut dengan tangan terbuka, dan bahkan mungkin kecupan bila kalian memaksa
Maka dari itu, AYO KITA TANAM NASI KITA SENDIRI!
Hahahaha konyol.
BalasHapuskirain tulisan Viita sendiri, aneh gitu bentuk tulisannya. Ternyata dapet dari Tumblr ya? Lucuuu...
Ha...ha...ha...lucu pluzz konyol bgt. Masa ada pagi sebesar semangka. Ntar kalau masaknya gmana doang?
BalasHapusyang bikin tulisan keknya udah bosan ngeliat setiap disiplin ilmu jalan sendiri-sendiri di Indonesia ini.
BalasHapusharusnya kan semua saling mendukung. :mrgreen:
gmana caranya nanem nasi????
BalasHapusnanem padi kali...
wkwkwkwkwk
@kak rossa: iyaa, dapet dari tumblr..
BalasHapuslucu kaan? aku ngakak-ngakak sendiri baca ini,hahaha
@sientrue: hahaha, barangkali di tahun 2012 ntar, generasi penerus bangsa bisa menemukan cara utk membuat nasi sebesar semangka...amiiiin
@morishige: sepertinya iya,haha
yep, semua harus saling dukung
@kak riesta: eh, bner juga ya :baru nyadar:
ah andai impian itu bisa diwujudkan ya
BalasHapuseh, ato udah emang?
Kereen ,, bahasanyaa suka banget.
BalasHapusnasi memang bagian dari jiwa dan raganya orang indonesia, tapi elok engga suka nasi, heehehee
makshy buat kunjungan dan komentarnyaa iaah vita.. :D