Essai Oh Essai

Kenapa di dunia ini harus ada sesuatu yang namanya essai???

Huhuhu, saya udah dikasih tugas ini sejak 13 hari yang lalu, dan sampai sekarang saya hanya berhasil menyelesaikan covernya saja. Gosh, deadline 5 hari lagi dan saya gak ada bayangan sama sekali mau nulis apa untuk essai saya. Dan kalau dipikir-pikir, essai itu seperti apa ya??? (nangis darah ) Ehsumpahya, hal kayak gini nih yang bikin ‘makan tak enak, bokerpun tak nyaman.’ Kadang saya lagi seneng-seneng sama teman-teman saya, ngocol gila-gilaan, bahagia; lalu ketika kepikiran essai, seolah kebahagiaan saya direnggut dari dunia ini (oke, bahasa saya lebai ). Atau saat saya browsing prakarya lucu di internet, saya lalu berencana,”Mau bikin ini ah, sama yang ini juga, dan yang ini.” Lalu tiba-tiba diingatkan malaikat penjaga saya,” Viiiitaaaa, essaaaaaaai duluuuuu. Kikikikiiii.” (ni malaikat apa kuntilanak?) Duh.

Eh, beneran, essai itu seperti apa ya?? Apakah perlu bahasa yang baku atau bahasa semau gue? Kakak senior sih bilang,” Dek, gak usah pakai bahasa yang formal-formal dek, biasa aja.” Tapi saya baca di ‘Petunjuk Penulisan Essai’ (judulnya nggak itu ding), sepertinya kesan yang saya dapet kok essainya kudu formal ya?? Apa saya kudu nulis campuran keduanya− formal tapi ringan? Nah, ini dia yang bikin saya stuck. Saya paling nggak bisa nulis dengan bahasa super nanggung kayak gini. Kalo pake bahasa blog yang gaul abeeez atau bahasa-bahasa yang rada sastra, saya malah bisa. Tapi nggak mungkin juga saya nulis “Oh, statistika. Engkau terhias dengan ragam tho dan gamma yang memiliki kelengkungan sempurna, selalu, dengan kalkulus dan aljabar yang menggetarkan kalbu.”  Tambah nggak mungkin saya nulis, “Omeegosh, statistik emang TE-O-PE BE-GE-TE!!! Mukyaaaa! Unyunyunyunyu.”  Saya bisa diapain sama senior kalo ngumpulin essai kayak gitu -__-“

Udah ah, saya mo bikin essai dulu. Doakan saya berhasil ya! Jeburrr! (Benteng Takeshi bangeeet -__-”)

Btw, kertas ’Petunjuk Penulisan Essai’-nya mana ya?? Aduh, ilang nih T.T