Mengagumi diam-diam






Kagum. Mungkin, itu yang terlinas di benak setiap orang ketika pertama mengenalnya −termasuk aku. Dia seperti ensiklopedia berjalan. Tidak. Ia seperti perpustakaan penuh ensiklopedia yang berjalan. Sungguh, pengetahuannya, tentang ilmu pasti, sosial, sejarah, sampai musik membuat siapa saja berdecak.

Dia sangat populer. Saat aku bertemu seseorang di sebuah acara di Jogja, orang itu berkata hampir semua orang di kampusnya mengenalnya. Barangkali, ia seperti magnet yang menarik orang-orang dari berbagai jurusan. Tentu saja. Cara dia mengemukakan ide-idenya. Bagaimana matanya berkilat setiap ia bicara tentang ilmu pengetahuan. Nada penuh antusias dalam suaranya ketika ia menanyakan hal-hal yang membuatnya penasaran seperti sintaks program atau takdir manusia.

Aku sudah mengenalnya sejak lama meski tak benar-benar mengenalnya. Baru akhir-akhir ini aku tahu sedikit banyak tentang dirinya. Tentang hal-hal seperti mimpi dan masa depan yang disinggung sekilas dalam obrolan kecil kami. Dan, setelah aku lebih mengenalnya, ada masa-masa dimana aku perlu menenangkan jantungku dan berkata, ‘Jangan goyah. Jangan goyah.’

Lucu. Kapan terakhir kali aku membisiki hatiku agar tidak jatuh cinta pada seseorang? Rasanya sudah lama sejak waktu itu.

Ah, Maret. Sepertinya kau punya saingan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer